Malaysia, SemeruPost – Bertempat di Universiti Putra Malaysia (UPM), Serdang Selangor, Malaysia, Delegasi Indonesia yaitu Prof. Dr. Erman Anom, Dr. Fadil Imran, Dr. Ruslan Ramli, Dr. Supriyanto, Dr. Devie Rahmawati, Badya Wijaya, M.H. dan Rovan Richard Mahenu, M.Si., Youna Chatrine Bachtiar, M.IKom., menjadi narasumber di hadapan mahasiswa pascasarjana Universitas Putra Malaysia, di Gedung Dewan Taklimat Serdang, dalam tema besar “Driving Innovation and Communication Strategy in VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, and Ambigious) Era,”. UPM ialah kampus terbaik kedua di Malaysia, dengan peringkat 123 di dunia.
“Dalam menghadapi VUCA, seperti pandemi, dibutuhkan sedikitnya 11 kapasitas yang terbagi atas tiga payung teori yaitu kemampuan komunikasi, organisasi dan profesional. Setiap negara memiliki perbedaan tentang aspek mana yang lebih kuat dalam melewati VUCA. Yang terpenting, teori tepat untuk negara-negara Barat, belum tentu bekerja di negara ASIA misalnya, karena konteks yang berbeda,” ujar Assoc. Prof. Dr. Zulhamri Abdullah dari UPM, Malaysia dalam pembukaannya, Rabu (01/02/2023).
“Di Era VUCA, upaya untuk mengelola kebijakan agar mampu diterima oleh publik ialah dengan memenangkan hati dan pikiran melalui 4P (Public-Private-People-Partnership), dimana hal pertama mengedepankan kolaborasi bersama akademisi, untuk mendapatkan behavioral insight (science-based policing). Kemudian menyusun desain program bersama para praktisi dan profesional serta merangkul masyarakat dengan kekuatan kearifan lokal, Gotong Royong,” ujar Fadil Imran, yang disampaikan secara online.
“Dibutuhkan inovasi dalam menjalankan kebijakan vaksinasi di era Vuca melalui sembilan strategi yaitu decentralization, consistent duration, partnership, good accessibility, social communication, modesty, number of spots, no quota spots dan kebhinekaan. Melalui kepemimpinan yang kuat dari organisasi seperti PMJ, maka dapat dihitung dengan cermat, tepat dan akurat upaya pencapaian target vaksinasi, sehingga inisiatif Vaksinasi Merdeka pun dijadikan role model di tingkat nasional,” tambah Rovan Richard Mahenu.
“VUCA Pandemi yang juga menghantam aspek ekonomi, diurai tantangannya melalui program Kampung Tangguh Jaya (KTJ), di 889 lokasi di seluruh Wilayah Hukum Polda Metro Jaya. Di mana KTJ bukan hanya mampu menurunkan lebih dari 70% kasus Covid di seluruh KTJ, namun juga mampu menjadikan masyarakat tangguh secara ekonomi dan kamtibmas,” seru Supriyanto.
“Komunikasi merupakan kunci dari keberhasilan Indonesia melewati VUCA Pandemi, lewat komunikasi kepada hepta-helix (pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, OMS, media dan individual); melalui struktur sosial patron-client, yang bertemu dengan warisan kearifan bangsa, gotong royong. Bahkan dari rahim pandemi, lahirlah inovasi sosial, ‘SiapBergerak’, yang terus menghimpun kerelawanan, kedermawanan dan kepemimpinan masyarakat, dengan berbasis teknologi digital. Terbukti, berbagai aksi kemanusiaan apapun setelah Covid, jumlah warga yang ingin berpartispasi dalam kegiatan sosial selalu 2-3 kali lipat lebih banyak dari jumlah kerelawanan yang dibutuhkan,” tutup Devie Rahmawati di Malaysia.
Kegiatan diakhiri dengan diskusi bersama Prof. Dr. Ismi Arif Ismail, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Antar Bangsa, Siti Noor Haslina dan Sasha dari PGA UPM, dalam aspek pertukaran pengajar dan mahasiswa, joint courses, projects hingga study trips. Hal ini menjadi bagian dari kerja sama konkret menyambut Keketuaan ASEAN 2023 oleh Indonesia, dengan tema ASEAN Matters, Epicentrum of Growth. Kegiatan ini terlaksana berkat kerja sama dan dukungan Universitas Esa Unggul, Polda Metro Jaya (PMJ), Kominfo RI, Program Vokasi Universitas Indonesia hingga ‘SiapBergerak’. (**)