Jakarta, SemeruPost – Pandemi Covid-19 setahun lebih mendera negeri kita. Dampaknya begitu luas terhadap segenap umat manusia di planet bumi ini, sebanyak 170 negara mengalami kontraksi ekonomi, 44 negara di antaranya berlanjut dengan resesi panjang, beberapa di antaranya kontraksi ekonominya begitu dalam. Kita tidak menyangka kawasan Eropa yang selama ini penuh kemakmuran, layanan kesehatan yang sangat memadai, namun beberapa negara seperti Italia, Spanyol, dan Inggris dibuat limbung akibat pandemi.
Hal itu disampaikan Ketua Badan Anggaran DPR RI, MH Said Abdullah dalam keterangannya kepada awak media ini, Jumat, 9 Juli 2021. Dijelaskannya hingga, hari ini, 9 Juli 2021, Covid-19 telah menjangkiti 186,3 juta penduduk dunia, 4 juta di antaranya meninggal dunia. Sungguh ini bencana terbesar pada abad 21, dan kemunculannya meskipun sempat terprediksi oleh beberapa pihak, termasuk miliarder Bill Gates, namun tak satu pun pihak yang bisa memperkirakan dampaknya begitu besar seperti yang kita alami saat ini. Gates juga memprediksikan dunia ke depan akan menghadapi ancaman berupa perubahan iklim dan bioterorisme sebagai bencana global.
Di negeri kita, Pandemi Covid-19 memasuki babak baru, merebaknya varian delta yang tersebar di wilayah kita menimbulkan gelombang kedua Covid-19. Puncak gelombang pertama Covid-19 kita alami pada 30 Januari 2021 di mana kasus positif harian mencapai 14.518, setelah itu secara perlahan menurun, namun secara perlahan, tanggal 20 Mei 2021 kasus positif harian mulai menanjak naik hingga saat ini. Kasus positif covid-19 8 Juli 2021 mencapai 38.391 pasien. Setahun lebih pandemi, telah menyebabkan 2,4 juta rakyat kita terkena covid-19. Angka kematian pasien covid-19 secara harian juga meningkat. Semua rata-rata kematian di bawah 500 orang per hari, kini di atas 500 orang per hari. Pandemi covid-19 telah merenggut 63,7 ribu rakyat kita.
Kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini akan berlalu. Berbagai proyeksi telah diajukan oleh banyak epidemiologi, namun sering kali tidak cukup akurat untuk memprediksi keadaan. Beberapa negara juga menghadapi ketidakpastian yang sama. Australia dan Vietnam yang semula cukup berhasil menangani pandemi, kini mereka juga menghadapi situasi kegentingan baru seiring munculnya berbagai varian virus corona, terutama varian delta.
Dunia juga masih menghadapi bayang-bayang akan penyebaran virus corona varian lambda atau Varian Peru. Sejauh ini para peneliti mengidentifikasi Varian Lambda ini memiliki tingkat infeksius yang sangat tinggi, termasuk kemampuannya mengelabui serangan imun tubuh. Varian inilah yang sekarang menyerang sebagian besar di kawasan Amerika Latin.
Mencermati keadaan dunia dan dalam negeri kita akibat covid-19 dengan tingkat uncertainty tinggi, dan bila tidak terkelola dengan cukup baik, maka akan berdampak luas terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan kesehatan rakyat. Dan bila keadaan seperti ini berlangsung lama, maka akan berkonsekuensi mendalam terhadap APBN kita. Sebab sejauh ini skenario APBN ditahun 2021 dan 2022 adalah skenario pemulihan segala hal, terutama; sosial, ekonomi dan kesehatan. Sejauh ini APBN kita belum memitigasi skenario gelombang demi gelombang dan pandemi berlangsung lebih lama.
Minggu lalu, saya telah menyarankan pemerintah untuk mula melakukan refocusing anggaran. Namun melihat situasi dan potensi risiko yang ada, selain refocusing, pemerintah perlu melakukan kebijakan-kebijakan lebih jauh. Atas pertimbangan itu, saya merekomendasikan langkah langkah strategis kepada pemerintah, antara lain;
1. Pemerintah perlu menyusun worst case scenario bilamana PPKM tidak cukup efektif menekan tingkat positif harian covid-19. Sebab worst cese scenario membutuhkan dukungan anggaran sangat besar, hal itu berkonsekuensi pada perubahan arah kebijakan dan sasaran dari postur APBN 2021 dan Rencana APBN 2022.
2. Pemerintah harus mulai mengerahkan sumber daya yang ada, termasuk kerja sama internasional dalam penanganan covid-19 di tanah air. Kerja sama internasional memang telah terbangun, khususnya dalam pemberian vaksin, dan obat serta pertukaran informasi tentang segala hal terkait covid-19. Namun keadaan di tanah air kita seiring meningkatnya gelombang kedua covid-19 kita membutuhkan banyak sumber daya. Sekadar contoh, pengambilan specimen virus harian saja kita belum menyentuh jutaan specimen, masih sekitar 200-an ribu per hari. Padahal pengambilan specimen yang banyak dan memenuhi standar epidemiologi akan menghasilkan data akurat terhadap objektifnya rakyat kita terkena covid-19. Langkah ini sekaligus akan memperkuat kerja tracing, dan penyusunan kebijakan kebijakan lanjutan, termasuk prediksi berakhirnya gelombang kedua dan masuknya varian varian baru seperti varian Lambda. Oleh sebab itu mobilisasi sumber daya baik nasional maupun internasional untuk segala kebutuhan penopang pencegahan dan penanganan covid-19 harus mulai dilakukan.
3. Dalam upaya segenap kekuatan nasional untuk penanganan covid-19 di tanah air, saya mendukung penuh langkah pemerintah untuk melakukan penegakkan hukum pro justicia terhadap para spekulan baik di sektor riil maupun keuangan yang menimbulkan panic buying dan selling. Kegiatan spekulasi itu sungguh merusak, dan bahkan menghancurkan sendi ekonomi masyarakat yang sedang susah. Hukum mereka seberat beratnya.
4. Bila harus membuat kebijakan kebijakan lanjutan, yang berdampak luas baik ekonomi, sosial dan kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan worst case scenario, saya mengharapkan pemerintah berkomunikasi dengan banyak pihak, termasuk dengan para pelaku bisnis dan keuangan, dengan persiapan waktu komunikasi yang cukup. Langkah ini untuk mengantisipasi guncangan pada bisnis dan pasar keuangan kita yang sejauh ini masih berjalan dengan sehat.
5. Saya mendukung penuh langkah pemerintah, khususnya terkait persetujuan anggaran terkait pelaksanaan segala daya upaya dalam penanggulangan covid-19, termasuk bila dalam pelaksanaan worst case scenario tersebut harus membutuhkan dukungan pembiayaan, misalnya seperti penerbitan surat utang negara karena dampak turunnya penerimaan perpajakan.
Demikian pandangan dan rekomendasi saya, kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah untuk mempersiapkan diri lebih baik menghadapi gelombang kedua covid-19 di tanah air, tutup Ketua Badan Anggaran DPR RI, MH Said Abdullah. (**)