Sumenep, Madura – semerupost.com Gempa berkekuatan 6,5 SR dan 34X yang mengguncang Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, meninggalkan luka mendalam. Ratusan rumah rusak parah, sebagian roboh, dan sejumlah warga mengalami luka-luka.
Namun, di tengah jeritan masyarakat kepulauan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur justru memilih diam. Hingga kini belum ada pernyataan resmi maupun langkah tanggap darurat dari Pemprov untuk meringankan penderitaan warga Sapudi.
Ironisnya, di perairan Pulau Sapudi inilah terdapat blok migas yang dikelola oleh Husky-CNOOC Madura Limited (HCML). Gas dari perairan ini sudah lama mengalir untuk kebutuhan industri dan rumah tangga di Jawa Timur. Dengan kata lain, Sapudi menyumbang energi bagi provinsi, tetapi warganya dibiarkan seolah bukan bagian dari Jawa Timur ketika bencana menimpa.
“Gas kami diambil untuk Jawa Timur, tapi kami yang tinggal di sini justru tidak dipedulikan saat rumah hancur dan keluarga luka,” ungkap seorang warga dengan nada getir.
Kondisi ini menelanjangi ketimpangan: kekayaan alam laut Sapudi dieksploitasi, sementara masyarakatnya dibiarkan berjuang sendiri. Padahal, wilayah penghasil migas mestinya mendapat perhatian dan perlindungan lebih, apalagi dalam situasi darurat bencana.
Sikap bungkam Pemprov Jatim ini menambah kekecewaan masyarakat. Bukan hanya soal lambannya respon, tetapi juga soal rasa keadilan yang semakin terkikis. Para pengamat mengingatkan, jika pemerintah terus mengabaikan Sapudi, kepercayaan rakyat kepulauan pada pemerintah akan semakin tergerus.
Kini masyarakat Sapudi hanya bisa bertahan dengan bantuan terbatas dari pemerintah kabupaten, relawan, dan simpati warga. Sementara itu, Pemprov Jatim—yang semestinya tampil di garis depan penanganan bencana—masih memilih diam.
(SALAM)